Anak Syndrome (Monolog)

Aku lahir 11 April 2011 menjelang shubuh. Saat sebagian orang-orang masih terlelap dalam buaian mimpi dan sebagian lagi orang-orang yang dengan khusyu masyhuknya beribadah kepada Rabb-Nya. Orang-orang yang terakhir ini tahu bahwa ibadah menjelang fajar para malaikat akan mengiringi setiap langkah kaki mereka ke rumah Rabb Sang Pemilik Alam. Dan tak hanya itu, para malaikat ini pun akan menjaganya dari marabahaya sepanjang harinya.

Malaikat itu kini ‘singgah’ disana, di Rumah Sakit Omni Pulomas, tempat dimana aku dilahirkan. Sebuah rumah sakit elite yang mungkin akan membuat ayah dan bunda ku berfikir keras bagaimana cara membayarnya. Beruntung Rabb Maha Pemurah dan Pengasih, ada saja jalan kemudahan yang didapat kedua orangtuaku.

Bunda ku tak berdaya kali ini karena kelahiranku harus melalui operasi yang mengharuskan menyeset bagian depan perut bundaku agar ‘tangan tuhan’ bisa mengeluarkanku dari sana.

Maafkan aku bunda.. karena kelahiranku perut bunda kini membekas, ada goresan horizontal sejengkal disana. Goresan yang bakal menjadi saksi nantinya dihadapan Rabb bahwa aku terlahir dari seorang ibu yang berhati malaikat terhadap anak-anaknya.

Tahu tidak bunda? Sewaktu dokter menyarankan akan menyedot sumsum tulang belakangku dan bunda tak mengijinkan karena bunda akan menerima bagaimana pun kondisi terlahirku? Aku bersyukur sekali karena tanpa tindakan dokter itu pun sampai hari ini aku masih bisa hidup dan masih bisa memberikan senyum-tawa buat bunda dan ayah.

Maafkan aku bunda.. bila proses kelahiranku begitu menguras air matamu. Virus Pneumonia yang baru diketahui selepas kelahiranku membuat hari-hari berjalan begitu lambat. Tangan mungil ku yang masih halus, suka tidak suka harus dimasukkan jarum suntik yang berisi cairan antibiotik dan aku pun harus berpisah ruangan dengan bunda. Ini semata-mata demi menjaga sterilnya ruanganku dari hawa-hawa kotor.

Ruangan steril yang bernama Peri anak ini mungkin agak merepotkan bunda dan ayah karena bila hendak memasukinya, bunda dan ayah harus menggunakan jubah khusus dan masker. Repot ya.. maafkan aku bunda.

Tahu tidak bunda? Saat kita berpisah ruangan itu, aku ingin selalu berada didalam dekapan bunda seperti bayi-bayi normal lainnya. Aku merasa sendiri dan kesepian didalam ruangan itu.

Trims bunda dan ayah.. sudah menerima kondisi apa adanya dari anak mu hingga saat ini. Anakmu yang mungkin akan selalu membuatmu lelah, anakmu yang mungkin akan membuatmu malu, jengkel dan beribu rasa yang bunda dan ayah rasakan sendiri nantinya.

Jangan risau dengan masa depanku bunda.. karena pemilik masa depan hanyalah Dia, Rabb Yang Maha Kuasa. Jaga dan rawatlah aku dengan sebaik-baiknya, penuh dgn keikhlasan dan kesabaran. Aku takkan pernah lupa saat aku berada di surga nanti, aku akan memohon ijin pada Rabb untuk menarik tangan bunda dan ayah agar sama-sama berada disana… di surganya..

Trims untuk komentarnya....