Jalan Itu…

Aku selalu menghindari jalan itu. Jalan yang mana berdiri kokoh bangunan ‘berbau obat-obatan’ yang selalu ramai oleh para pengunjungnya yang ingin berobat maupun sekedar membesuk orang-orang yang memang sedang dirawat disana.

Tak jauh dari bangunan itu, terdapat perumahan yang cukup mewah. Rumah-rumahnya gedongan dengan pilar-pilarnya yang menancap tegas seperti bangunan ala Rowawi yang sering kulihat di film-film.

Aku kerap bercanda dengan belahan jiwaku, disaat melintasi perumahan elite itu.

“Neng mau rumah kayak gitu gag? Yang disana.. yang nampak ada pohon pisang kipasnya,” tanyaku sembari melambatkan motorku.

“Rumahnye sih asri ye bang.. cuma bangunannya mistis dilihatnya. Abang lihatkan di gazebo depannya, ada patung kuda jingkrak berwarna putih disana. Neng gag suka rumah yang ada patung-patungnya. Lagian diajaran agama kita kan gag boleh ye bang?” terang si neng sambil balik bertanya.

“Iya bener neng.. diajaran agama kita memang melarang adanya patung di rumah kita. Nanti malaikat gag mau masuk,” balasku lagi.

****

Perumahan elite itu kini jarang kulewati karena aku tak bisa melihat bangunan kokoh ‘yang berbau obat-obatan’ itu disana. Memoriku belum cukup hilang dari kesedihan yang teramat mendalam karena ditempat itulah ibuku tersayang menghembuskan nafas terakhirnya.

Pernah sekali waktu aku memaksa melewati jalan itu, namun rasanya hanya kehampaan yang datang menyeruak didalam hatiku..

Trims untuk komentarnya....