Nenek Tua

Nenek tua itu sering terlihat duduk-duduk disana. Disamping garasi sebuah rumah yang penghuninya entah kini berada dimana. Kedua kakinya menelungkup yang disanggah oleh kedua lengannya yang sudah keriput disana-sini. Pandangan matanya sendiri sering tertuju ke jalan masuk perumahan dimana nenek tua itu tinggal. Sesekali orang-orang yang berlalu-lalang dari tempat duduknya berada diperhatikannya dengan seksama.

Perumahan dimana nenek tua itu tinggal merupakan sebuah perumahan yang sudah cukup lama berdirinya. Saat mana belum lah berdiri fly-over disebrang sana. Penghuninya sendiri adalah orang-orang cerdas, orang-orang yang suka menghitung anggaran keuangan di negri ini, termasuk nenek tua itu dahulunya, saat masih berseragam pegawai pemerintah.

Kata orang-orang, dahulunya di rumah nenek tua itu, ada anak gadis yang sedari kecilnya diasuh dan dirawat dengan segenap kasih dan sayangnya sang nenek. Walau cuma anak angkat, si nenek tua sudah menganggap sebagai anak kandungnya sendiri.

Seiring waktu berjalan, anak gadis si nenek kini sudah menikah dengan pilihannya sendiri. Ia mendapatkan lelaki idamannya. Nenek tua itu pun bahagia karena setahun sesudah pernikahan anak angkatnya, lahirlah seorang anak laki-laki montok dan menggemaskan. Inilah cucu pertamanya.

Kebahagiaan si nenek tua beranjak menjadi nestapa ketika momen-momen indah bersama cucunya akan segera berakhir. Satu episode kehidupan dari si nenek tua rupanya hendak segera ditutup oleh anak angkatnya. Dia hendak pindah rumah bersama suami tercintanya dan meninggalkan si nenek tua itu…

***

Tatapan nenek tua itu masih kesana. Ke jalan masuk perumahan. Ada kerinduan yang amat mendalam diwajahnya, menantikan anak angkatnya menjumpai dirinya.

Nak.. surgamu ada disini, di rumah yang dahulunya engkau ku rawat dan ku asuh dengan segenap kasih dan sayangku.. tengoklah ibu mu ini barang sekejap….”

***

Gambar: pixabay