Ingatan di Bandara Soeta

image

Bandara Soeta atau lengkapnya bandara Soekarno-Hatta dulunya sekitar tahun 2000an, pernah mengisi hari-hari kerja saya. Saat itu dalam rutinitas enam hari kerja, saya harus berpacu dengan waktu dalam kesehariannya untuk sekedar ‘mengejar’ bus Damri (khusus bandara) yang pemberangkatannya memang sudah terjadwal. Saya sendiri waktu itu biasa menggunakan bus Damri dari Rawamangun yang berangkat pukul 05.30.

Mengingat job saya yang tidak jauh dari urusan makanan (in flight catering), seringkali disaat terburu-buru saat berangkat, saya sering ‘memindahkan’ lokasi sarapan pagi (yang semestinya di rumah) lalu beralih ke dapur (ruangan kitchen) tempat dimana saya bekerja. Biasanya sih minta jatah nasi goreng sama anak kitchen atau kalau lagi kosong banget, saya suka ngeledek anak pastry, barangkali ada ‘sisa-sisa’ kue disana (biasanya muffin ataupun roti). Ngenes banget yah.. pagi-pagi udah nodong ama anak kitchen/pastry, kalo ketahuan ama bos mah bisa di SP nih.. :mrgreen:

Mengingat perusahaan catering tempat saya bekerja saat itu belumlah seramai perusahaan catering lainnya semisal ACS (Aerowisata Catering Services) yang dipunyai oleh Garuda, maka awal-awal bekerja belumlah terlalu sibuk hingga kemudian datanglah orderan dari beberapa perusahaan penerbangan yang membuat kami selaku para pekerja didalamnya harus siap menyambut kesibukan yang baru saja datang. Horree.. dapat juga nih orderan.. 😆

Waktu itu saya ingat, ada dua maskapai penerbangan yang tertarik ingin mencicipi sajian makanan dari perusahaan katering kami, yang satu adalah maskapai ‘Singa’ dan satunya lagi maskapai dari Timur Tengah. Dari kedua maskapai penerbangan tersebut yang pertamalah yang cukup membuat arus kesibukan yang cukup berarti karena orderannya yang cukup banyak (ribuan).

Dengan jumlah box makanan yang berjumlah ribuan (ukuran standar buat para penumpang pesawat) membuat karyawan dari divisi yang lainnya pun turut ikut serta membantu dalam proses pengepakannya. Biasanya didalam 1 box makanan tersebut terdiri dari 3/4 item plus air cup mineral dan kesemuanya dibungkus dengan plastik yang diisolasi kemudian (steril dari staples).

Standar katering memang sangat menihilkan adanya ‘staples” pada saat pembungkusan beberapa item makanan tersebut. Ini untuk mengatasi dampak buruk yang akan ditimbulkan bila seumpama benda kecil tersebut jatuh dan menempel di makanan lalu tertelan oleh seorang penumpang.

Sekecil apa pun faktor kenyamanan dan keselamatan dari para penumpang adalah sesuatu yang sangat diperhatikan dalam suatu perusahaan katering makanan ditempat saya bekerja saat itu. Maka menjadi suatu keharusan juga dalam proses awal hingga akhir makanan itu selesai dan dikirim, bagian atas kepala kami, yaitu rambut haruslah senantiasa tertutup. Tentunya ini lagi-lagi diperuntukkan semata-mata untuk kepuasan para pelanggan didalamnya. Dan jangan lupa karena perusahaan katering ini juga global terhadap maskapai dari luar negri, sehingga mau tidak mau, nama harga diri bangsa menjadi taruhan juga didalamnya.

Itulah sekelumit ingatan saya tentang bandara Soeta yang pernah menjadi bagian kecil dari perjalanan kehidupan saya. Sayang waktu itu hape yang berkamera masih mahal bingits untuk ukuran kantong saya sehingga dokumentasi berupa foto hanyalah cukup tersimpan di memori otak saya dan tentunya akan menjadi kenangan selamanya.. 🙂

10 Comments

  1. coba mengenang rindu mas, maen maen ke soeta dan mampir ke prusahaan catringnya sambil bawa hape, trus di foto 🙂

    ga coba buka resto nih? secara pengalaman uda ada nih,uda go intl juga menangani 2 penerbangan asing 🙂

    iya pengepakan makanan dipswt itu detail banget, tempatnya juga rapi.. 🙂

Trims untuk komentarnya....