Akibat Kekenyangan Berbuka Puasa

indexDetik-detik menjelang berbuka puasa akan segera tiba, nampak di meja makan telah tersaji hidangan yang lumayan meriah.  Ada lontong dengan cs-nya (bakwan atau bala-bala kata orang Sunda 😆) yang tentunya dengan sambal kacangnya,  ada kolak biji salak, es campur dan tak ketinggalan nasi beserta lauk pauknya yang kesemuanya membangkitkan selera makan saat berbuka.

Adzan maghrib pun kemudian berkumandang. Doa berbuka kemudian diucapkan walau nampak tergesa-gesa bacaannya. Satu per satu makanan yang tersaji kemudian dijelajahinya.

Santapannya pertama adalah es campur yang memang sedari tadi siang dibelinya. Selanjutnya lontong beserta cs-nya yang merupakan buatan emak tercintanya  (kalo yang ini memang menu utama dalam berbuka selain es), lontong yang dibungkus memakai daun pisang ini, digabung dengan bakwan yang dipotong-potong kecil yang kemudian diguyur sampe kelelep ama sambal kacang, kalo dah gini spaghetti juga liwat dah. :mrgreen:

Sudah selesai santapannya? Belum ! Makan berat pun akhirnya dimulai mengingat tadi emaknya bikin tempe mendoan plus sayur sop yang sangat disukainya (sekalian ngabisin sambal kacang), dan terakhir karena takut ngga kebagian sama adeknya, kolak biji salak pun tak luput dari santapannya.

“Ooeggh.. !” terdengar sendawa keluar dari mulutnya, pertanda kenyangnya sehabis makan. Sholat maghrib akhirnya agak mundur karena badan terasa berat akibat kekenyangan.

Tubuh kemudian bersandar ke dinding tembok sambil menikmati sebuah acara di layar kaca. Kipas angin disudut ruangan yang disetting medium akhirnya sukses membuat matanya terpejam..

Tiba-tiba, saat matanya baru saja terpejam… “Ayoo.. sholat maghrib dulu. Mau jam berapa lagi maghribnya?!

Berjalan dengan langkah yang berat menuju kamar kecil untuk berwudhu. Sholat maghrib pun kemudian dilakukannya dengan mengambil bacaan surat yang pendek-pendek pada tiap rakaatnya  (biasanya ngga jauh dari bacaan “wal-asri ” ama “qul-hu“).

Waktu Isya pun telah masuk. Masih dengan langkah yang berat berusaha menuju mesjid yang terdekat. “Beruntung” mesjid yang dekat dengan rumahnya mengambil tarawihnya yang 11 rakaat. Agak ringan fikirnya dibanding yang 23 rakaat.

Sholat Isya terlebih dahulu mengawali ibadah malam itu dipimpin oleh sang imam mesjid. Rakaat pertama dan kedua lumayan panjang karena mengambil beberapa ayat didalam surat Al-baqarah.

Usai sholat bergumam dalam hati, “ayat-ayatnya panjang amat sih ya.. ini baru sholat Isya, belum tarawihnya nanti.”

Usai shalat Isya, tarawih pun dimulai. Sang imam sepertinya mendapatkan petunjuk dari Rabb-Nya kalau bacaannya kali ini harus panjang dan tartil (tidak tergesa-gesa membacanya).

Surat An-Naba, An-Naaziat, Al-Ghasiyah kesemuanya dibaca full pada tiap-tiap rakaat. Alhasil jamaah yang tawadhu dengan ibadah shaumnya, dibuat terkesima dengan alunan merdu ayat demi ayat  yang dibacakan oleh sang imam. Sementara disudut sana, seseorang merasa tersiksa karena panjangnya bacaan sang imam, terlebih lagi dia tidak tahu surat ataupun ayat apa yang sedang dibaca sang imam sehingga saat interval sang imam membacakan ayatnya, dia mengira sang imam akan segera rukuk ternyata tidak saudara-saudara, ayatnya masih bersambung… (ketipu nich yee..) 😆

Akhirnya “body language“nya pun semakin menampakkan ketidaknyamanannya dalam sholat tarawih malam itu. Helaan nafas, sebentar-sebentar menggaruk (padahal ngga gatal), dan jawaban aamiin dari mulutnya yang intonasinya tidak meluncur dengan sewajarnya. Kalau sudah seperti ini momen rukuknya sang imam adalah suatu kebahagiaan banget pastinya…

Anda pernah mengalami momen-momen tarawih diatas… ?! Berarti anda kekenyangan dalam berbuka alias berlebihan. Mulai sekarang berbukalah dengan bijak karena tubuh kita juga punya kapasitas yang tidak boleh kita dzalimi. 😉

Sumber gambar : gogoo.blog.com

51 Comments

  1. lucu ya mb… klo ingat masa kecil saat berpuasa, selalu sja membuat kt tertawa geli bila mengingatnya.

    klo sya dulu, saat tahu klo imam yg biasa panjang2 bacanya, sya suka cari mesjid yang lain yg lebih cepat bacaannya… tapi sekarang beda, alhmdlh sudah bs menikmati indahnya beribadah di bln ramadhan…

    met shaum ya !

  2. pernah,ngumpulin makanan buat berbuka tapi pas masih anak anak..
    sekarangmah enggak lagi..

    soal sholat itu dulu juga waktu masih abegeh gitu klo imamnya baca ayat panjang2 langsung kabur ama temen2 maen ..

    yah namanya juga belum tau 🙂

    sekarangmah udah enggak lagi,menjalani dengan suka cita,berbuka dg air putihpun cukup

Trims untuk komentarnya....