KA Ekonomi Jabodetabek

Ahh.. rasanya kangen juga sama kereta ekonomi yang satu ini. Berbadan tambun (tak seperti Kereta Commuter Line yang ramping), memiliki jendela buka tutup manual yang banyak dikedua sisi badannya serta ruang masinis yang seperti menjadi “open house” tatkala kereta penuh sesak akibat berjubelnya penumpang sehingga beberapa orang ada yang nyasar masuk ke ruangan ini.

KA Ekonomi Jabodetabek terutama yang mengambil jurusan Bogor – Jakarta memang menyimpan sejuta cerita kenangan buat saya karena kereta ini dahulunya menjadi salah satu alat transportasi unggulan saya saat berkunjung ke rumah pacar yang sekarang menjadi belahan jiwa saya.

Bila membandingkan dengan kereta penerusnya (baca: Kereta Commuter Line), KA Ekonomi Jabodetabek lebih “memanjakan” sekali kepada para pedagang, baik itu pedagang asongan, pedagang buah serta pedagang-pedagang kecil lainnya. Tidak hanya memanjakan para pedagang, KA Ekonomi Jabodetabek juga memanjakan para penggiat seni. Para penggiat seni itupun bermacam-macam modelnya disini, ada yang biasa melantunkan lagu dengan alat standar mengamen yang mereka miliki, ada juga pengamen yang lengkap dengan para personelnya seperti halnya sebuah grup band. Khusus yang terakhir sejauh pengamatan saya cukup repot juga mobilitas mereka saat berpindah dari satu gerbong ke gerbong yang lainnya dengan alat-alat band yang mereka bawa. Lain halnya lagi pengamen yang hanya mengandalkan suara tokh tanpa alat-alat sepotong pun karena pengamen model ini hanya menggunakan kedua belah tangannya yang diteprok-teprok sepanjang dia melantunkan lagunya. Kalau pengamen yang kayak begini biasanya dilakukan oleh pengamen anak-anak, jarang saya amati pengamen dewasa berani malu melakukan cara-cara pengamen model teprok-teprok tangan gini tapi nggak tahu juga ya bila orang dewasanya pas lagi stress akibat ditinggal pasangannya. 😆

Dari beberapa model pengamen tersebut ada lagi pengamen yang cukup mengaduk-aduk emosi kita, yaitu pengamen tunanetra yang membawa instrumennya berbentuk kotak yang diselempangkan ditubuhnya. Berjalan gontai dengan tongkat kayu sebagai radarnya, melangkah sedepa demi sedepa, sehasta demi sehasta menyanyikan lagu-lagu sendu yang menyiratkan kegalauan hidupnya. Lagu berjudul “Ayah” ataupun lagu yang berjudul… (maaf judulnya ngga tahu tapi salahsatu liriknya seperti ini, “Sepanjang kita masih terus begini..” suara penyanyi ini khas banget, cuma (maaf Oom penyanyi) kata teman saya suaranya kayak orang sedang BAB. 😳

Dari beberapa penggiat seni didalam KA Ekonomi Jabotabek yang cukup frontal menurut pengamatan sosial saya adalah model pengamen yang berpuisi lantang menyuarakan suara aspirasinya terhadap anomali tata kehidupan bernegara yang acak-adul akibat keserakahan dari oknum-oknum birokrat. Cuma model pengamen seperti ini, acapkali membuat jantungan orang-orang lansia akibat intonasi yang dikeluarkannya sering meledak-ledak tak terkendali.

Sekarang KA Ekonomi Jabodetabek telah digantikan fungsinya oleh Kereta Commuter Line. Tentunya sekarang telah banyak berubah, tak ada lagi keriuhan pedagang didalamnya, tak ada lagi suara emas “Ayah” dari mulut si tunanetra, tak ada lagi semilir angin yang ditiupkan dari lubang-lubang jendelanya dan tak bisa melihat lagi kepala kereta saat berbelok.

Sekarang yang ada adalah “Cluster” Commuter Line, yang semuanya serba tertutup rapat dengan wajah-wajah manusia yang tidak lagi sehangat dulu….

~~~~~~~

Bogor 19122013
Opmin 7 dengan 400-an kata.

24 Comments

  1. jauh sekali sekarang bedanya, sudah sepi dari pedagang asongan, juga pengamen…

    ada untungnya juga,jd lebih nyaman tak berisik…

    zaman telah brubah dan banyak prubahan yang terjadi,termasuk kreta api..

    aku sudah lama tak naik kreta api..

    *oiya ada gerbong khusus perempuan sekarang jd nyaman bagi kami kaum hawa 🙂

    • Iya benar mb wi3nd.. perubahannya sudah 360 derajat..

      Menurut sya kenyamanannya itu ada di dua hal, pertama yaitu area stasiun yg steril dari para pedagang shg membuat nyaman para pengguna KA, yg kedua yaitu sangat nyaman bila kereta tdk penuh sesak.

      Poin kedua inilah yg msh menjadi barang langka terutama di jam2 padat karena kereta yg cukup padat hanya difasilitasi oleh kipas angin..

      Sejujurnya sya cukup was2 bila naik commuter line penumpangnya cukup padat.. takut pingsan akibat minimnya sirkulasi udara.

      Gerbong khusus wanita jga cukup padat mb wi3nd.. tapi lumayanlah, meminimalisir tindak pelecehan dr kaum pria.

Trims untuk komentarnya....