Pras masih saja menatapi cinderamata yang baru saja diberikan oleh Tika, kekasihnya. Sepasang cinderamata yang berwujud seorang kakek dan seorang nenek yang masing-masing sedang asyik, duduk diatas kursi goyangnya.
Cinderamata tersebut dibeli oleh Tika, sewaktu ia pergi ke Tokyo dalam rangka dinas kerjanya. Awalnya kepergian Tika ke Tokyo ini tidak mendapat izin dari Pras karena Pras beralasan kalau Tika hanya pergi berdua saja dengan bos mudanya ditempat dimana dia bekerja. Namun karena Tika bersikeras, akhirnya Pras pun tak bisa mencegah Tika kekasihnya untuk pergi menemani bos mudanya ke Tokyo.
Merenung dan menatapi. Begitulah mungkin apa yang sedang dilakukan Pras dengan cinderamata pemberikan kekasihnya. Pras sangat memahami, bila cinderamata yang diberikan Tika tersebut tentulah bermakna mendalam bagi hubungan cinta kasih mereka yang sudah berjalan selama 6 tahun. Setidaknya simbol cinta abadi mereka sudah nampak tersirat dari wujud sepasang cinderamata yang berbentuk seorang kakek dan nenek.
Mata sendu Pras masih saja menatapi cinderamata pemberian Tika, yang kini telah bergoyang akibat disentuh oleh satu-dua jemari tangannya seperti hendak menyapa Tika dalam lamunannya.
Sejurus kemudian kedua bola mata Pras mulai menjatuhkan beberapa tetes airmata yang langsung turun dikedua pipinya tanpa sanggup lagi dia menahannya.
***
Pras adalah seorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang sebentar lagi akan diwisuda. Begitu amat menyayangi Tika kekasihnya, seorang kekasih penuh kesetiaan yang bagi Pras begitu ‘sempurna’ dihadapannya karena mempunyai prinsip, tanggung-jawab dan kemandirian yang kuat.
Bayang-bayang indahnya mahligai pernikahan bersama Tika setelah di wisuda nanti seakan menghilang dan menjauh dari impiannya selama ini. Bukan karena kedua orangtuanya ataupun kedua orangtua Tika, namun ini semua karena penyakit serius dan cukup mematikan yang diderita oleh Pras. Pras terdiagnosa terkena kanker paru-paru dan menurut medis, Pras hanya bisa bertahan hidup dalam enam bulan kedepan.
Penyakit serius yang diderita Pras diketahuinya beberapa hari sebelum Tika berangkat pergi ke Tokyo. Sejak saat itulah Pras berusaha menyembunyikan apa yang sedang dialaminya terutama sekali kepada Tika, kekasih tersayangnya.
Saat wisuda itu pun kemudian tiba, namun Tika tidak dapat menghadiri acara wisuda, tempat dimana Pras menggapai impiannya menjadi seorang dokter. Tika karena kesibukannya bekerja ingin datang keesokan harinya sekaligus memberikan surprise kepada Pras. Namun keesokan harinya bukan Pras yang mendapatkan surprise tersebut melainkan Tika dan juga kedua orangtua Pras.
Pras memberikan surprise kepada Tika dan kedua orangtuanya, yaitu secarik kertas yang memberitahukan bahwa dirinya ingin meninggalkan orang-orang yang selama ini telah menyayanginya dengan pergi membawa kehidupanya sendiri yang tak lama lagi. Pras tak ingin orang-orang terkasihnya ikut menderita terhadap penyakit yang dialaminya saat ini. Biarlah hanya ia seorang yang merasakannya….
(adegan mulai haru nih.. apalagi settingan film diiringi oleh biola ‘menyayat’ dari sang maestro alm Idris Sardi yang membawakan lagu “Tak ingin Sendiri”… “Ayah nangis yaa.. ?!” kata istriku. “Ngga.. ! Mata ayah kelilipan.. (kelilipan cecak.. 😆 )
Rasa cinta Tika yang sedemikian besar terhadap Pras rupanya tak putus hanya karena sisa hidup Pras yang tinggal sebentar lagi. Kedua orangtua Tika hanya bisa mengingatkan untuk tidak terlalu memikirkan dimana sekarang Pras berada.
“Saya seharusnya berada disisi Pras saat ini. Dia sedang menderita sekarang!” ucap Tika kepada ayahnya.
********
Ombak yang bergulung-gulung nampak dari pandangan mata Pras. Ditempat inilah sekarang Pras ingin menghabiskan sisa umurnya. Pras ingin mencoba melupakan Tika dengan menyibukkan diri sebagai seorang dokter di desa nelayan….
Singkatnya Pras akhirnya bisa diketemukan oleh Tika dan kedua orangtuanya.. (horeee..) (dan sekali lagi adegan pertemuan dua sejoli ini kembali ‘menyayat’ airmata saya… gara-gara nih film, saya jadi ngabisin tissue warung.. 😀 )
Pras dan Tika pun kemudian menikah dan menghabiskan sisa umurnya di tepi pantai disebuah desa nelayan sembari mendarmabaktikan hidupnya sebagai seorang dokter muda disana. Namun diending dari film ini (seperti sudah diperkirakan) karena penyakit ganas yang diderita oleh Pras akhirnya Tika pun harus merelakan kepergian Pras untuk selama-lamanya… hiks.. hiks.. 😦
Begitulah sinopsis singkat dari film “Tak Ingin Sendiri” yang diproduksi tahun 1985 silam (jadul abiss). Judul film ini diangkat dari lagu yang cukup fenomenal saat itu, “Tak ingin sendiri” karangan oom Pance Pondaag
Tak Ingin Sendiri (1985)
Produser : Handi Muljono
Sutradara : Ida Farida
Penulis : Ida Farida
Pemeran : Rano Karno (Pras), Meriam Bellina (Tika), Ade Irawan+Darussalam (ortunya Tika), Nani Widjaja+Dicky Zulkarnaen (ortunya Pras)
… dan saya sendiri, Capung2 bersama istri sebagai penontonnya… 😉
Ini film jaman ortu belum kenalan nih, ketemu aja belum.
Kayaknya recommended nih filmnyaa, siap2 berburu film jadul dan tisu 😀
nggak ingat lho pernah nonton film ini,abisnya filmnya RK itu kan banyak banget
benar mb, filmnya RK mmg bnyak.. dan yg satu ini adalah salahsatu yg sya suka.
wah wah wah..
filmnya tahun 1985,aku belum lahir tuh bang.. 😀
oia,kunjungan pertama bang,
salam hangat 😀
filmnya emang film jadul.. 😀
ok.. thx udah singgah !
hadeuh,mungkin masih dialam mimpi 😀
siap,semoga saya bisa terus berkunjung .
Wah, saya kok nggak inget film ini yaaa…padahal dulu saya juga lumayan sering nonton film-nya Rano Karno dkk di bioskop…trima kasih sudah diingatkan, bahwa dulu, film Indonesia itu cukup sering saya tonton. Tapi tidak sekarang…
😀
Salam kenal kembali, mas Capung2.
Ini salahsatu film yg dibintangi oleh Rano Karno dr sekian bnyk film yg dibintanginya.
Dlu sya malah jarang sekali nnton film2 INA di bioskop.. 😀
thx mb@Bintang !
Eh dapat koleksi film lama gini gimana, Mas? Pengen nonton film-film lawas jugaaa
ini dvd ‘kw’ mb, gag sengaja dapatnya lwt pedagang kaki 5 yg biasa buka lapak dipnggir jalan.. 😀
thx udah singgah !
Oooh gitu. Padahal film-film dulu itu menurutku punya romantisme tersendiri, sayang kalo susah cari DVDnya
Beberapa film INA lawas ada yg punya full movienya di youtube, c6ba di cek disana barangkali ada, soalnya sya jga sering jga nnton film nasional via youtube.
wah tahun 1985 ya, jadul banget filmnya
😀
Thx udah singgah !
mengharukan.
saya jarang nonnton film drama jaman dulu, seringnya film action 😀
Filmnya memang cukup mengharukan..
Jenis apa pun filmnya, sya suka.. 😀
Waw,udah lama banget filmnya,lbh tua dri saya…
Filmnya memang jadul abiss.. 😀
wow. cara cerita film yg unik. 😉
biasa aja..
thx udah singgah !
terbawa arus ya jadi nangis nih 🙂
rano karno maen filmnya kuliah muklu ya mas 😀
endingnya happy ya bisa bersatu lagi dengan segala aralnya ..
nih.. tisu buat mb@wi3nd 🙂
kebanyakan mmg perannya spt itu, klo gag jdi anak smu ato anak kuliahan..
endingnya mmg ‘happy’ walo kemudian pergi utk selamanya.. 😦
Owalahhh ini film tohh, kiraku bikin cerpen gituuhh 😀
film-film dulu ternyata juga melow-melow ya 😆
Sya tak bisa buat cerpen, jdi beginilah gaya review film ala sya.. 😀
Ya, melow2 galau.. he2x
Hahaa,…
wah ceritanya rada mirip sama filmya Donita itu ya. tapi yang jelas lebih dulu film ini keluarnya 🙂
Sayangnya sya malah gag tahu film Donita itu.. 😀
Thx ya !