“Ronggeng Dukuh Paruk” dalam Genggaman

Screenshot_2014-11-30-05-38-12Ronggeng Dukuh Paruk”, sebuah buku novel ternama dari penulis cukup terkenal Ahmad Tohari kini berada didalam genggaman tangan saya, namun bukan dalam fisiknya sebuah buku bacaan pada umumnya melainkan dalam sebuah dokumen yang berformat pdf yang terinstal didalam hp android saya.

Sejujurnya buku novel “Ronggeng Dukuh Paruk” merupakan dokumen ketiga yang terinstall didalam hape saya, sebelum didahului oleh novel teenlit (1st Love Never Die ?) dan yang pertama, yaitu buku cerita “Atheis” dari penulis hebat lainnya Achdiat K Mihardja. Sayangnya dokumen yang terakhir ini (sekaligus pertama yang saya uji coba), yakni “Atheis” tidak berhasil saya install dengan sempurna format pdf-nya karena terkendala oleh jaringan internet saat itu. (nama dokumennya sudah muncul, cuma kontennya blank alias kosong). :mrgreen:

Dokumen yang kedua (1st Love Never Die ? ) sebenarnya juga nyaris gagal saya donlot, tinggal 5 kb aja lama banget.. trus aja saya sembur (baca: tiupan manja) tuh hape.. ehh Alhamdulillah, finish juga.. horree.. 😆 Inilah dokumen bacaan pertama saya yang terinstall sempurna dan sekaligus pembuka ‘kotak pandora’ untuk mencari novel-novel menarik lainnya yang akan saya koleksi didalam ‘perpustakaan’ di hape saya yang nantinya bisa saya baca kembali pada momen-momen senggang saya.

Screenshot_2014-11-28-14-34-14

Dua buah novel diatas belum semuanya habis saya baca karena memang saya tipe pembaca santai, yaitu tipe pembaca yang tidak ingin terburu-buru menghabiskan suatu bacaan. Istilah kata dinikmati dululah kata demi katanya, terlebih dengan novel “Ronggeng Dukuh Paruk” dari Ahmad Tohari yang olahan katanya sungguh luar biasa.

“Ronggeng Dukuh Paruk” sendiri mengkisahkan tentang seorang gadis kecil belasan tahun bernama Srintil yang dipercaya sebagai titisan ronggeng dari Dukuh Paruk. Setelah sekian puluh tahun Dukuh Paruk sunyi dari hiruk-pikuk bunyi-bunyian gamelan calung (sebagai pengiring acara ronggeng), maka dengan adanya bakat menari dari seorang Srintil, acara ronggeng itu pun kembali hidup sekaligus meramaikan suasana di Dukuh Paruk.

Screenshot_2014-11-30-05-43-02

Bakat terpendam dari seorang Srintil tidak serta merta begitu saja menobatkan dia sebagai ronggeng sungguhan. Berdasarkan kebiasaan sebelumnya yang dipercaya di Dukuh Paruk, bahwa seorang ‘kandidat’ ronggeng haruslah melalui tahapan-tahapan ritual mistis yang dipimpin oleh seorang dukun yang telah diakui kehebatannya di kampung tersebut.

Setelah tahapan mistis yang disaksikan oleh warga setempat usai maka menginjaklah pada tahapan yang terakhir, yaitu ‘bukak kelambu’. ‘Bukak kelambu’ sendiri adalah tahapan ‘penting’ dari seorang ronggeng dimana seorang dukun akan menentukan pria mana yang akan menjadi pemenang (dalam sayembara) untuk menyalurkan birahinya kepada gadis Srintil pada malam yang sudah ditentukan. Inilah prosesi malam pertama untuk menggores keperawanan dari seorang ronggeng yang bernama Srintil.

Sementara itu Rasus, teman sepermainan Srintil sejak kecil yang usianya beberapa tahun diatas Srintil, memendam gejolak amarah dan kebencian dengan sang dukun yang mengadakan sayembara ‘keperawanan’ tersebut. Terlebih sayembara ini mensyaratkan pemenangnya harus memberikan sejumlah uang emas kepada sang dukun, suatu syarat yang jelas-jelas tidak mungkin bisa dipenuhi oleh Rasus.

Rasus yang memang memendam perasaan suka kepada Srintil sebenarnya sudah memendam amarah dan kebenciannya kepada sang dukun tatkala Srintil dicumbui dan dipeluk erat saat menari bareng dalam salahsatu tahapan mistis tersebut. Kakek Srintil sendiri menyakini bahwa sang dukun telah dimasuki roh leluhur dari penyuka ronggeng sehingga sempat mendiamkan beberapa saat ulah dari sang dukun.

Buat yang belum pernah membaca novel “Ronggeng Dukuh Paruk” tentunya penasaran dengan kelanjutan dari ceritanya… iyya toh:mrgreen:  makanya beri kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan bacaan ini terlebih dahulu, Okehh.. kawan !

41 Comments

  1. Dulu saya pengen banget punya kindle supaya bisa baca e-book, ternyata setelah sekarang punya hp dengan layar yang cukup nyaman untuk membaca juga browsing, saya memutuskan bahwa saya lebih senang membaca buku asli hhehhe biar deh berat, tapi wangi kertas dan sensasinya itu loh, memuaskan. Ronggeng Dukuh Paruk selama ini cuma denger reviewnya saja, belum pernah baca

Trims untuk komentarnya....