“Bioskop Super Mini”

dewi titian2

Aktor El Manik saat beradu akting dengan aktris Dewi Irawan dalam film “Titian Serambut Dibelah Tujuh” (1982) (Pict: Google)

Beberapa hari belakangan ini, saya lagi doyan-doyannya menonton film di “bioskop super mini”. Disebut super mini karena memang “bioskop” tersebut sesungguhnya bisa diletakkan didalam genggaman tangan kita. Tidak perlu khawatir dengan jenis telapak tangan anda, mau yang kasar, halus, atau telapak tangan yang mudah berkeringat, “bioskop mini” ini akan tetap berjalan dan memanjakan para penontonnya.

“Bioskop super mini” yang saya maksudkan disini adalah sebuah perangkat handphone yang didalamnya sudah dibenamkan dengan aplikasi Youtube sebagai aplikasi video hiburan beraneka ragam, seperti halnya musik serta film-film didalamnya.

Mengingat ini adalah dunia internet yang bagaikan pisau bermata dua buat para usernya, aplikasi hiburan ini pun (sama halnya seperti layanan data) sarat dengan konten-konten film yang berbau negatif. Tidak masalah tentunya bila yang menikmati tontonan itu adalah seseorang yang sudah berkeluarga ataupun dewasa, yang sudah bisa memilah-milah mana yang baik dan buruknya. Namun menjadi mengkhawatirkan bila konten-konten film negatif ini dikonsumsi oleh para remaja kita.

“Euforia” saya dalam menonton film lewat hape belakangan ini, sebetulnya bukan karena saya baru mempunyai hape baru, tidak sama sekali. Namun dilatarbelakangi oleh kegusaran saya saat menonton film di Youtube lewat desktop, yang tak pernah tuntas akibat buffering yang selalu terjadi. Sangat menjengkelkan tentunya disaat-saat menghayati film yang kita tonton, tiba-tiba saja di “cut” begitu saja. Mungkin ini salahsatu kelemahan dari layanan yang saya pakai, yaitu menggunakan layanan kartu dari beberapa provider (saya sebut beberapa provider karena memang tergantung sikon jaringan yang bagus saat itu).

Kendala ‘buffering’ yang terjadi di desktop akhirnya selesai sudah saat menggunakan sebuah perangkat canggih yang bernama handphone. Didalam hal ini saya menggunakan handphone android ‘Galaxy Young’. Media handphone yang memang lebih kecil dibandingkan dengan desktop mungkin salahsatu faktor yang menihilkan ‘buffering’ seperti yang biasa terjadi lewat desktop. Lewat penggunaan kartu “angka” yang saya pergunakan, saya begitu nyamannya saat menonton film “Titian Serambut Dibelah Tujuh”, sama sekali tak terjadi buffering hingga usainya film.

“Titian Serambut Dibelah Tujuh” memang merupakan film pertama yang saya tonton lewat media hape. Salahsatu film jadul (1982) yang mendapatkan penghargaan terbaik FFI 1983 (Festival Film Indonesia), yaitu lewat skenario asli terbaik oleh Asrul Sani.

Film-film FFI terbaik sepertinya akan menjadi buruan saya kedepannya. Mengingat masa itu saya belum menontonnya dan kalau pun sudah menontonnya itu pun lewat sebuah pertunjukkan layar tancap, yang sesekali datang ke kampung saya. Pertunjukkan layar tancap yang biasanya berakhir hingga dinihari yang membuat saya tidak mungkin untuk menikmatinya sampai selesai.

Tidak semua memang, film yang kita tonton di Youtube merupakan film versi lengkapnya. Ada banyak juga beberapa film yang ditayangkan lewat Youtube tidak selengkap film aslinya. Kita sendiri lah yang kemudian harus mencari dan menemukannya (kalau pun ada). :mrgreen:

Hari-hari kedepan sepertinya hari-hari menonton bagi saya. Dan pastinya hobi baru saya ini semakin membuat kedekatan yang berujung kemesraan dengan istri saya. Walaupun mungkin saat menonton kepala kita satu sama lainnya saling bersinggungan karena sama-sama ingin mendapatkan view yang pas dari layar monitor hape yang kita pegang.

Kini “Bioskop super mini” itu telah hadir didalam genggaman tangan kita. Nikmatilah tontonan film tersebut dengan bijak dan sesuai dengan usia anda pastinya. 😉

32 Comments

  1. filmnya jadul smua yak…dan film jadul tuh emang masih tetep enak ditonton ya mas capung 🙂

    ha ha…klo aku liat dihp yang kecil gitu ga puas,mata aku bisa siwer siwer…..

    well gimana ga romantis meski kecil nonton berdua istri jeh 🙂

Trims untuk komentarnya....