Januari

Membuka awal postingan di bulan Januari di tahun yang baru, tahun 2014 dengan alunan merdu dara asal Bandung -Rita Effendy- lewat lagunya “Januari di Kota Dilli“. Lagu yang hits di tahun 1998 atau setahun sebelum diadakannya referendum bagi rakyat Timor-Timur (sekarang Timor Leste).

Sejujurnya, saya sendiri belum pernah menginjakkan kaki di kota Dilli, apalagi punya kenangan tersendiri disana. Pengen sih, waktu itu masuk anggota  milisinya Fretilin cuma ditolak lantaran rambutnya beda jauh.. jauuuhhh banget ama rambut pribumi disana.

Selain rambut yang beda jauh, wajah saya juga dianggap wajah Jawa (meliputi Jawa over-all), jadi kata Sanana (red: Xanana Gusmao), wajah saya harus di face-off dulu. Langsung saya membayangkan kalau nanti di face-off terus dokternya mal praktek, bisa-bisa nih wajah berubah wujud jadi kayak aktris Hollywood –Whoopi Goldberg– yang terkenal dengan aksi nyelenehnya dalam film “Sister Act“. “Apa kata dunia.. saya kan masih pengen jadi laki-laki cyiinnn.. 😆

Sekarang lupakan Fretilin, lupakan model rambut orang Timor namun jangan tinggalkan lagu merdu diatas karena Januari masih menyimpan satu kisahnya buat saya. Kisah apa itu, mari kita sama-sama menyimak tulisan saya dibawah ini.

Bengkulu, 5 Januari lahirlah seorang gadis manis dari rahim seorang ibu yang berdarah Minang dan ayahnya juga yang berdarah Minang Asli. Lahir di kota Bengkulu karena saat itu ayahnya sedang melaksanakan dinasnya disana selaku pegawai pemerintahan.

Gadis ini merupakan anak bungsu dari enam bersaudara sehingga cukup disayangi oleh saudara-saudaranya termasuk kedua orangtuanya tentunya. Terbilang anak bungsu namun sang gadis cukup mandiri sejak kecilnya hingga dia  dewasanya. Saya sendiri salut dengan ketekunan dan perjuangannya dahulu. Saya yang sedari awal kuliah selalu disokong dana oleh orangtua tetapi sang gadis sudah mampu membiayai kuliahnya sendiri sambil bekerja.

Dalam mencari pekerjaan baru sang gadis selalu saja diberi kemudahan. Posisi pekerjaan yang didapatkannya pun cukup bagus, selalu sebagai staff. Saya masih ingat, sang gadis sangat menguasai bidang pekerjaannya yaitu bagian ekspor/impor, dimana detil dokumen perdagangan yang akan diurus ke Sucopindo, biasa dia jalankan.

Saya masih ingat cerita sang gadis, kalau bos-bosnya selalu angkat jempol dengan pekerjaannya karena sang gadis selalu cepat dalam mengurus dokumen sementara kawan-kawannya yang lain bisa berminggu-minggu selesainya.

Rasa tanggungjawabnya yang sedemikian tinggi dari sang gadis tidak dibarengi dengan pola makan yang teratur (dalam mengurus dokumen biasanya sang gadis keluar kantor), sehingga sejak itulah penyakit maag-nya bermula hingga saat ini, saat dimana sang gadis telah menjadi pendamping hidup saya.

5 Januari, saya takkan pernah lupa dengan tanggal ini. Walau tanpa seikat bunga dan sebungkus kado buatnya……

Selamat ulang-tahun … my lovely wife !!! 😉

17 Comments

  1. manis sekali ceritanya pak…
    istri yang telaten dan penuh tanggung jawab dengan tugasnya..
    siapalah yang beruntung mendapatkan siapa kalau begini, hehe..
    semoga makin harmonis & makin berkah rumah tangganya..

    oh iya, lama tidak dengar lagu diatas, masih saja syahdu didengar ya…

Trims untuk komentarnya....