Kamu Berbohong..

Suka tidak suka seringkali berselancar di dunia maya akan mengajak para penggunanya untuk ‘belajar’ berbohong. Mau buktinya? Coba diingat-ingat kembali, seberapa istiqomahnya anda mempunyai hanya satu akun riil dari pertama kali anda mengenal internet dan bersinggungan dengan yang namanya media sosial hingga sampai detik ini. Bila anda mampu bertahan dengan hanya satu akun riil tersebut, aku cuma mau bilang,” Anda luar biasa !”

Luar biasa memang bila ada pengguna internet yang seperti penulis gambarkan diatas, terlebih lagi bila dia cukup aktif (baca: vokal) di medsos dalam menyuarakan idealismenya terhadap setiap pola kebijakan dari pemerintahan di negri ini. Lagi-lagi aku cuma mau bilang, “You are the real mvp bro !”

Penulis sendiri dalam hal ini tidak bisa bertahan melawan arus ‘kebohongan’ dalam dunia maya ini. Entah sudah berapa akun email, akun twitter (ini yang paling banyak), akun facebook (idem walau sebenarnya tidak segalak di Twitter), akun blog (walau cuma sekedar nyicipin blog lain kayak apa sih.. ) dan tentunya model-model kebohongan halus nan lembut seperti yang terlihat pada gambar diatas.

Untuk sekedar contoh, dalam menonton highlights balapan sepeda saja, penulis harus berbohong, dimana aku seolah-olah harus berada di negri Paman Sam, jauh dari negri ku sendiri. Aku merasa tak berdaya sama sekali dengan aplikasi ini, yang mengharuskan penggunanya barang sejenak berbohong serta merekayasa untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Banyak model ‘kebohongan-kebohongan’ yang dibuat oleh para pengguna internet semata-mata untuk menjaga privasi, kenyamanan serta keselamatan diri itu sendiri dari pihak-pihak yang tidak suka dengan apa yang dituliskannya.

Namun jauh lebih penting, tulisan yang dihasilkan lewat proses ‘kebohongan’ dari akun-akun ‘fake‘ bila memang bermanfaat serta menginspirasi pembacanya, kenapa harus dipermasalahkan? Terlebih bila penulis tersebut menyajikan tulisannya secara bernas lewat data-data yang valid dan akurat. Bukankah ada perkataan yang bagus, “Jangan lihat orangnya, lihat dan cernalah apa yang disampaikannya walau itu mungkin keluar dari mulut orang yang hina dina.”

Lantas bagaimana dengan ‘kebohongan’ model penulis seperti gambar diatas? Aku rasa tak masalah ya, sejauh kebohongannya itu hanyalah untuk dirinya sendiri dan bukan untuk orang banyak/kemaslahatan. Intinya mungkin, “dosa ditanggung sendiri.” Namun jangan lupa dan ini khusus buat pribadi ku sendiri, ucapkan istighfar saat ‘kebohongan’ itu baru saja usai kita lakukan. 👌👌

******