Orang-orang yang lahir dan besarnya di kota metropolitan Jakarta boleh jadi ada yang belum pernah merasakan naik ke tugu Monas dan melihat pemandangan kotanya yang cukup padat tersebut disana.
Kriteria orang tersebut diatas, sepertinya dialami oleh saya sendiri. Saya yang lahir dan besar di kota Jakarta hanya pernah sering melintas didaerah seputaran tugu peringatan ini (Medan Merdeka), namun belum pernah sekalipun menginjakkan kaki dilantai atas Tugu Monasnya. Yahh.. maklumlah, orangtua saya dahulunya termasuk kelas proletar yang dibenak fikirannya selalu melintas jargon “Besok makan apa?” Tidak seperti kelas borjuis yang dibenaknya sudah terdoktrin jargon, “Makan dimana kita?”
Nahh..buat mereka yang ‘nasibnya’ kayak saya, belum pernah tahu kayak apa sih diatas Tugu Monas itu? Jangan berkecil hati karena dengan pulsa goceng, anda bisa merasakan atmosfer puncak Tugu Monas lewat video Youtube yang anda tonton diakhir postingan ini. Hitung-hitung lewat video tersebut anda ‘survey lapangan’ untuk sekedar mengetahui seluk beluk Monas itu sendiri. Lucu juga kan rasanya kalau ngaku orang Jakarta tapi nantinya ‘planga-plongo‘ nggak jelas saat berada di Monas. Sttss.. plango-plongo itu menyedihkan lho.. karena bisa menjatuhkan kredibilitas seseorang. Malahan biasanya nanti bisa berujung pada bullying lewat tatapan mata orang-orang kepada kita. Kalo ngga percaya, cobain aja planga-plongo nanti disana. 😆
Pintu lift Monas dilantai atas
Nampak dari kejauhan Mesjid Istiqlal
Ada yang tahu nama 2 gedung ditengah ini?
Sedikit cerita tentang Tugu Monas, bangunan ini dibangun di masa pemerintahan Presiden Soekarno (1961) dan diresmikan di era kepemimpinan Presiden Soeharto (1975). Monumen ini dibangun sebagai tugu peringatan terhadap patriotisme para pejuang yang ingin merebut kemerdekaan bangsanya dari kaum kolonial Belanda.
Monumen Nasional (Monas) diarsiteki oleh Frederich Silaban dan R.M.Soedarsono (Wikipedia) dengan tinggi mencapai 132 meter yang terletak ditengah-tengah Lapangan Medan Merdeka. Bangunan ini sendiri seakan menjadi ikon dari kota Jakarta.
Ciye abang ini kaum proletar ya, ga tergiur jadi borjuis kapitalis nih.
Sedang mengarah kesana kisanak 😀
Saya mah masih istiqomah jadi kaum hippies
Hahaha 😀
Aku pernah thn 2008
Mb@Winny sptnya kemana aja sudah dikunjunginya.
Wah pingin banget ke monas, tapi tuk skarang saya ikuti saran agan lewat nenek Youtobe
Ne2k Youtube memang slalu menerbangkan imajinasi para usernya 😆
Imajinasi gila irit baiya
😆
Bedanya memang bikin sedih, Besok makan apa? dengan Besok makan dimana?
Beda tipis yg cukup membuat pilu.
Thx kawan !